•  

    Kontak Kami

    (024) 3546469 - 3546607

  •  

    Jam Pelayanan

    Mon - Fri 07.00 - 16.00

DKP Jateng Mempelopori Pengembangan Pakan Ikan Mandiri

kunjungan dirjen pakan ikan lokalJAWA TENGAH, 16 Januari 2015. Tingginya harga pakan dalam komponen budidaya perikanan menjadi perhatian khusus Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah untuk mencarikan solusi bagi para pembudidaya di Jawa Tengah. Biaya pakan merupakan komponen biaya terbesar mencapai 70% dari total biaya produksi. Dengan menekan biaya pakan maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk itu solusi yang dikembangkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah adalah Pengembangan Pakan Ikan Mandiri.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si sangat mengapresiasi atas upaya DKP Jateng dalam pengembangan pakan ikan mandiri. Dalam kunjungan kerja ke Jawa Tengah pada Jumát 16 Januari 2015, Dirjen Perikanan Budidaya berkesempatan mengunjungi 3 lokasi pengembangan pakan mandiri yaitu : (1) Pengembangan pakan mandiri oleh pembudidaya (masyarakat) di Kelompok Sido Makmur Desa Tambaksari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. (2) Pengembangan pakan mandiri oleh Dinas di PBIAT Ambarawa Kabupaten Semarang dan (3) Pengembangan pakan mandiri oleh swasta di Desa Guwokajen Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.

Dalam kunjungan kerjanya, Dirjen Perikanan Budidaya sekaligus menyampaikan perlunya Gerakan Pakan Mandiri (GERPARI). GERPARI ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas ikan air tawar seperti Nila, Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. Komoditas ikan air tawar merupakan komoditas yang mendukung kedaulatan pangan dan gizi masyarakat. Melalui GERPARI diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor, memanfaatkan bahan baku lokal yang ada di sekitar sentra-sentra produksi perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dollar.

Di setiap daerah memiliki kebutuhan dan ke-khasan dalam pemenuhan pakan mandiri. Seperti yang terdapat di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali. Dengan melimpahnya sumber daya alam berupa enceng gondok, pembudidaya dengan didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan baik Provinsi dan kabupaten, dapat memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan baku pakan mandiri. Pemanfaatan enceng gondok ini di samping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga membantu dalam menangani masalah gulma enceng gondok di beberapa perairan khususnya di Rawa Pening.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah perlu mendorong pembentukan Kelompok Pakan Mandiri yang terpisah dengan Kelompok Pembudidaya Ikan. Melalui kelompok tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan yang berkualitas sesuai standar. Kelompok Pakan Mandiri tersebut juga bisa dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan, Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan pakan dan distribusi. Dengan sistem ini maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja, muncul profesionalitas usaha, bahan bahaku tersedia secara kontinyu, produksi pakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan distribusi pakan semakin lancar untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya secara kontinyu. (Red/AERHA)